Was Ours

My tears poured as I removed it
The pictures of us
that once I looked back with joy
and warm feeling

It was then I realized
that my fear of having to lose our memories
is greater than
my fear of losing you.

Kepemimpinan Situasional


Definisi Situasi
      Situasi dimaksudkan pada kesiapan yang ditunjukkan oleh pengikut (Readiness).
Terdapat 2 bagian Readiness, yaitu:
1. Job Readiness : Kemampuan untuk melakukan tugas, fungsi, atau tujuan tertentu. Terdiri dari pengetahuan, ketrampilan, dan pengalaman.
2. Psychological Readiness : Kemauan untuk melakukan tugas, fungsi, atau tujuan tertentu. Terdiri dari komitmen, motivasi, keyakinan diri, dan lain-lain.

Tingkat Kesiapan Bawahan
Terdapat 4 tingkatan readiness, yaitu:
-          R1 : Seseorang yang tidak memiliki kemampuan dan keinginan untuk melakukan tugas.
-          R2 : Seseorang yang tidak memiliki kemampuan, namun memiliki keinginan untuk melakukan tugas.
-          R3 : Seseorang yang memiliki kemampuan, namun enggan atau kurang percaya diri untuk melakukan tugas.
-          R4 : Seseorang yang memiliki kemampuan dan ingin melakukan tugasnya.



Perilaku Kepemimpinan
          Setelah mengidentifikasi tingkat kesiapan individu atau kelompok yang hendak diarahkan, maka selanjutnya yang perlu dilakukan adalah menerapkan Perilaku Kepemimpinan. Ada 2 dimensi dalam Perilaku Kepemimpinan, yaitu Task Behavior dan Relationship Behavior.
·         Task Behavior : Sejauh mana seorang pemimpin menetapkan tujuan yang perlu dicapai, mengatur situasi kerja, menetapkan batas waktu, memberikan arahan yang spesifik, dan menetapkan adanya laporan regular tentang kemajuan pelaksanaan pekerjaan untuk orang-orang yang diarahkannya.
·         Relationship Behavior :  Sejauh mana pemimpin memberikan dukungan, mengadakan diskusi tentang aktivitas kerja, memudahkan interaksi dalam kelompok, mendengarkan pendapat dari orangnya, dan memberikan umpan balik.

Gaya Kepemimpinan (Leadership Style)
Terdapat 4 Gaya Kepemimpinan, yaitu
·         S1
Disebut juga sebagai Telling. Pada style ini, pemimpin menekankan task behavior yang tinggi dengan relationship behavior yang rendah. Pemimpin menetapkan peranan dan memberitahu orang-orangnya tentang apa, bagaimana, kapan, dan dimana tugas dikerjakan.
·         S2
Disebut juga sebagai Selling. Pada style ini, pemimpin menekankan task behavior dan relationship behavior yang tinggi. Pemimpin menyediakan pengarahan direktif dan juga bersikap suportif.
·         S3
Disebut juga sebagai Perticipating. Pada style ini, pemimpin melakukan task behavior yang rendah dengan relationship behavior yang tinggi. Pemimpin bersikap suportif, namun tidak direktif.
·         S4
Disebut juga sebagai Delegating. Pada style ini, pemimpin melakukan task behavior dan relationship behavior yang rendah. Pemimpin menyediakan arahanan dan dukungan yang rendah.



Gaya Kepemimpinan Sesuai Tingkat Kesiapan Bawahan

Level of Readiness
Style yang Sesuai
R1
S1 (Telling)
Tidak mampu dan tidak mau
Perilaku tinggi tugas dan
atau tidak yakin
rendah hubungan
R2
S2 (Selling)
Tidak mampu tetapi
Perilaku tinggi tugas dan
mau atau yakin
tinggi hubungan
R3
S3 (Participating)
Mampu tetapi tidak mau
Perilaku tinggi hubungan dan
atau tidak yakin
rendah tugas
R4
S4 (Delegating)
Mampu/ kompeten dan
Perilaku rendah hubungan dan
mau/ yakin
rendah tugas



















Dua Kantong Yang Berbeda - www.andriewongso.com

Dua Kantong Yang Berbeda

Komunikasi Lintas Budaya

Pendahuluan


“Bhinneka Tunggal Ika.” Begitulah semboyan yang tertulis di pita pada Garuda Pancasila sebagai lambang Negara Indonesia.  Berbeda-beda tetapi tetap satu juga, makna dari semboyan ini menggambarkan keadaan bangsa kita yang kaya akan aneka ragam suku, budaya, adat istiadat, bahasa daerah, ras, dan kepercayaan.
Sebagai penduduk Negara Indonesia, khususnya yang bertempat tinggal di kota besar, sangat terasa keenekaragaman perbedaan yang ada. Dalam interaksi sehari-hari kita akan bertemu dengan orang-orang dari daerah yang berbeda, yang mempunyai budaya yang berbeda pula. Budaya didefinisikan sebagai serangkaian pengetahuan manusia yang didapatkan dari interaksi sosial dan pengalaman dilingkungannya, yang akan menjadi landasan seseorang dalam berperilaku dan bertindak. Lingkungan yang berbeda membuat ada nilai-nilai dari perilaku tertentu yang dapat diterima oleh sebagian orang, namun tidak dapat diterima oleh orang yang lainnya.
Oleh karena itu, komunikasi lintas budaya diperlukan untuk membantu kelancaran dalam menjalin hubungan sosial dengan orang-orang disekitar kita. Komunikasi lintas budaya bertindak sebagai perantara yang menghubungkan pihak-pihak berbeda budaya yang menjalin komunikasi agar tidak terjadi konflik akibat perbedaan budaya tersebut.
Pemahaman terhadap komunikasi lintas kultural yang baik membuat interaksi sosial menjadi lebih efektif, baik di lingkungan pergaulan maupun pekerjaan dan hubungan bisnis. Komunikasi berjalan lancar dengan adanya kesadaran kedua belah pihak akan keberadaan nilai-nilai yang berbeda pada budaya masing-masing. Sikap terbuka dan mau menghargai keberagaman adalah kunci komunikasi lintas cultural yang efektif.

Definisi Komunikasi

Komunikasi adalah aktivitas terjadinya penyampaian dan penerimaan makna suatu informasi yang dilakukan antar individu, kelompok, ataupun organisasi. Komunikasi bukan hanya suatu penyampaian informasi, namun juga termasuk pemahaman makna oleh pihak penerima informasi. Tidak  ada individu, kelompok, ataupun organisasi yang dapat bertahan tanpa adanya komunikasi. Kemampuan berkomunikasi sangat berpengaruh terhadap kesuksesan karir.

Fungsi Komunikasi
Komunikasi adalah kebutuhan yang tidak mungkin tidak dipenuhi oleh manusia sebagai makhluk sosial. Dalam kaitannya dengan kehidupan berorganisasi, komunikasi mempunyai 4 fungsi utama, yaitu: control, motivation, emotional expression, dan information.
Komunikasi dalam fungsi control mengatur perilaku anggota organisasi dari segi formal maupun informal. Dari segi formal, seorang anggota perusahaan berkomunikasi untuk menyampaikan keluhan pada atasan, membahas uraian pekerjaan, ataupun dalam mengikuti kebijakan perusahaan. Sedangkan komunikasi dalam bentuk informal sebagai fungsi control dapat dicontohkan pada saat para karyawan yang bergosip hingga mengusik produktivitas divisi.
Komunikasi menumbuhkan motivasi dengan mengklarifikasikan apa yang harus dilakukan, seberapa baik kinerja saat ini, dan apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan kinerja kepada karyawan. Selain itu, penentuan goal, penyampaian feedback, dan pemberian reward menjadi cara yang efektif untuk meningkatkan motivasi kerja. Semua hal tersebut memerlukan komunikasi.
Lingkungan pekerjaan terdiri dari sekelompok orang yang saling berinteraksi, di mana mereka memiliki kebutuhan sosial untuk menyampaikan kepuasan maupun ketidaknyamanan masing-masing. Kebutuhan itu dipenuhi dengan mengekspresikan perasaan emosional sebagai bagian dari komunikasi.
Fungsi akhir dari komunikasi dalam organisasi yaitu untuk membantu pengambilan keputusan. Setiap individu dan kelompok saling bertukar informasi untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi alternative keputusan guna mengambil keputusan akhir yang terbaik.

Proses Komunikasi
Proses komunikasi adalah proses di mana pengirim pesan menyampaikan pesan kepada penerima pesan melalui suatu medium, kemudian diartikan maknanya oleh si penerima pesan, sehingga makna pesan tersebut disambungkan dari pihak pengirim kepada pihak penerima.
Proses komunikasi dapat dimodelkan seperti berikut





Pengirim pesan (source) memulai dengan menyampaikan pesan, baik dengan berbicara, tertulis ataupun bahasa tubuh. Pesan disampaikan dengan suatu perantara (channel) yang dipilih oleh pengirim. Ada 2 jenis channel yaitu channel formal, yaitu channel yang membawa pesan yang berhubungan dengan aktivitas pekerjaan, dan channel informal, yang membawa pesan dalam interaksi sehari-hari. Noise menggambarkan hambatan yang terjadi dalam proses komunikasi, seperti masalah persepsi, informasi yang terlalu banyak, kesulitan dalam pengartian kata, ataupun perbedaan budaya. Kesimpulan dari proses komunikasi dapat dilihat dari feedback penerima pesan. Feedback ini menunjukkan seberapa sukses pesan telah tersampaikan dan dimengerti maknanya.

Hambatan Komunikasi Lintas Kultural
     Kefektifan komunikasi bergantung pada kondisi berlangsungnya komunikasi tersebut. Komunikasi antar budaya yang berbeda menjadi salah satu penyebab munculnya masalah dalm berkomunikasi. Contohnya yaitu penggunaan symbol atau bahasa tubuh tertentu mempunyai arti berbeda pada daerah satu dengan daerah lain.
Berikut beberapa hambatan yang ditemukan dalam komunikasi lintas cultural.
·            Hambatan yang disebabkan oleh semantic
Yaitu hambatan yang muncul karena adanya perbedaan makna kata antara masing-masing bahasa. Beberapa kata dalam satu bahasa bahkan tidak mempunyai arti kata yang pas dalam bahasa lainnya.
·            Hambatan yang disebabkan oleh konotasi kata
Satu kata mempunyai pemahaman yang berbeda-beda pada bahasa yang berbeda. Misalnya dalam negosiasi antara orang Indonesia dengan orang Jepang. Kata “hai” dalam bahasa Jepang berarti “Iya.” Namun terjadi kerancuan antara kata tersebut menyatakan persetujuan atau hanya sebagai respon bahwa ia menyimak apa yang disampaikan lawan bicara
·            Hambatan karena perbedaan nada bicara
Dalam beberapa budaya, nada bicara bisa berbeda tergantung pada situasi formal atau informal. Orang berbicara dengan nada yang berbeda saat sedang berada di rumah, lingkungan sosial, dan saat bekerja. Menggunakan nada bicara yang informal dalam situasi formal akan memalukan.
·            Perbedaan dalam mentoleransi konflik dan metode menyelesaikan masalah
Individu yang berasal dari budaya individualis cenderung menyelesaikan konflik secara langsung dan terbuka mengenai hal yang tidak disetujuinya. Mereka lebih suka pengakuan dan permintaan maaf yang terbuka sebagai penyelesaian konflik. Sedangkan orang yang bersifat kolektif lebih suka menyelesaikan masalah dengan tidak langsung dan menghindari perselisihan emosional. Mereka melihat konflik dari situasi yang terjadi, bukan dari individu yang bersangkutan dalam konflik, karena itu mereka merasa permintaan maaf secara langsung tidak diperlukan.

Panduan Komunikasi Lintas Kultural

Saat berkomunikasi dengan orang yang berbeda budaya, hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi resiko kesalahan interpretasi yaitu dengan memperkirakan konteks budaya. Akan lebih mudah jika budaya lawan bicara sama dengan budaya kita. Berikut beberapa panduan yang bisa diikuti.
1.         Mengasumsikan budaya kita berbeda dengan lawan bicara sampai terbukti kesamaannya.
        Kita sering kali mengasumsikan orang lain mempunyai persamaan dengan kita lebih dari keadaan sebenarnya. Namun kita akan membuat kesalahan yang lebih sedikit jika kita mengasumsikan bahwa budaya kita berbeda, sampai kesamaan tersebut memang terbukti.
2.         Lebih menekankan penjelasan daripada interpretasi atau evaluasi.
          Menginterpretasi atau mengevaluasi apa yang dikatakan/ dilakukan seseorang akan membuat kita mendasarkan penilaian pada budaya kita sendiri. Oleh karena itu, penilaian sebaiknya dilakukan pada saat kita mempunyai waktu  yang cukup untuk mengobservasi dan menginterpretasikan situasi dari berbagai perspektif.
3.         Berlatih untuk berempati.
           Sebelum berbicara dengan seseorang, bayangkan jika kita menjadi orang tersebut. Apa yang menjadi nilai baginya, pengalaman apa yang dimiliki, dan apa yang menjadi acuannya dalam berprilaku. Cobalah melihat seseorang sebagai apa adanya orang tersebut secara nyata.
4.         Tafsirkan interpretasi sebagai hipotesa yang sedang kita kerjakan
            Saat kita mempunyai penilaian terhadap seseorang yang berbeda kultur, anggaplah  penilaian atau pendapat kita tersebut adalah sebuah hipotesa yang memerlukan data lebih lanjut , bukan sebagai sesuatu yang pasti benar adanya. Perhatikan feedback yang kita terima, apakah itu dapat membuktikan hipotesa kita.

Kesimpulan
            Pembelajaran komunikasi lintas cultural dibutuhkan untuk komunikasi yang lebih efektif, khususnya dalam komunikasi antar budaya, karena dengan mengikuti panduan komunikasi lintas cultural, kita akan terhindar dari kesalahan interpretasi yang dapat menyebabkan konflik.
Satu contoh yang dapat diambil adalah di lingkungan kampus, Universitas Bina Nusantara. Mahasiswa Binus berasal dari beragam daerah di Indonesia dengan latar belakang suku dan budaya yang berbeda. Saya sendiri berasal dari Riau, saya berbicara dengan bahasa Hokkian di keluarga saya, di mana saya terbiasa berbicara dengan nada yang agak tinggi, sedangkan teman kos saya berasal dari Jawa. Dengan memahami adanya perbedaan budaya, kami dapat menghindari konflik yang mungkin terjadi karena kebiasaan yang dibawa dari budaya tersebut.