Komunikasi Lintas Budaya
20:06
Unknown
0 Comments
Pendahuluan20:06 Unknown 0 Comments
“Bhinneka Tunggal Ika.” Begitulah semboyan yang
tertulis di pita pada Garuda Pancasila sebagai lambang Negara Indonesia. Berbeda-beda tetapi tetap satu juga, makna
dari semboyan ini menggambarkan keadaan bangsa kita yang kaya akan aneka ragam
suku, budaya, adat istiadat, bahasa daerah, ras, dan kepercayaan.
Sebagai penduduk Negara Indonesia, khususnya yang
bertempat tinggal di kota besar, sangat terasa keenekaragaman perbedaan yang
ada. Dalam interaksi sehari-hari kita akan bertemu dengan orang-orang dari
daerah yang berbeda, yang mempunyai budaya yang berbeda pula. Budaya
didefinisikan sebagai serangkaian pengetahuan manusia yang didapatkan dari
interaksi sosial dan pengalaman dilingkungannya, yang akan menjadi landasan
seseorang dalam berperilaku dan bertindak. Lingkungan yang berbeda membuat ada
nilai-nilai dari perilaku tertentu yang dapat diterima oleh sebagian orang,
namun tidak dapat diterima oleh orang yang lainnya.
Oleh karena itu, komunikasi lintas budaya diperlukan
untuk membantu kelancaran dalam menjalin hubungan sosial dengan orang-orang
disekitar kita. Komunikasi lintas budaya bertindak sebagai perantara yang
menghubungkan pihak-pihak berbeda budaya yang menjalin komunikasi agar tidak
terjadi konflik akibat perbedaan budaya tersebut.
Pemahaman terhadap komunikasi lintas kultural yang
baik membuat interaksi sosial menjadi lebih efektif, baik di lingkungan pergaulan
maupun pekerjaan dan hubungan bisnis. Komunikasi berjalan lancar dengan adanya
kesadaran kedua belah pihak akan keberadaan nilai-nilai yang berbeda pada
budaya masing-masing. Sikap terbuka dan mau menghargai keberagaman adalah kunci
komunikasi lintas cultural yang efektif.
Definisi Komunikasi
Komunikasi
adalah aktivitas terjadinya penyampaian dan penerimaan makna suatu informasi
yang dilakukan antar individu, kelompok, ataupun organisasi. Komunikasi bukan
hanya suatu penyampaian informasi, namun juga termasuk pemahaman makna oleh
pihak penerima informasi. Tidak ada
individu, kelompok, ataupun organisasi yang dapat bertahan tanpa adanya
komunikasi. Kemampuan berkomunikasi sangat berpengaruh terhadap kesuksesan
karir.
Fungsi Komunikasi
Komunikasi adalah kebutuhan yang tidak mungkin tidak
dipenuhi oleh manusia sebagai makhluk sosial. Dalam kaitannya dengan kehidupan
berorganisasi, komunikasi mempunyai 4 fungsi utama, yaitu: control, motivation, emotional expression, dan information.
Komunikasi dalam fungsi control mengatur perilaku
anggota organisasi dari segi formal maupun informal. Dari segi formal, seorang
anggota perusahaan berkomunikasi untuk menyampaikan keluhan pada atasan,
membahas uraian pekerjaan, ataupun dalam mengikuti kebijakan perusahaan.
Sedangkan komunikasi dalam bentuk informal sebagai fungsi control dapat dicontohkan
pada saat para karyawan yang bergosip hingga mengusik produktivitas divisi.
Komunikasi menumbuhkan motivasi dengan
mengklarifikasikan apa yang harus dilakukan, seberapa baik kinerja saat ini,
dan apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan kinerja kepada karyawan. Selain
itu, penentuan goal, penyampaian feedback, dan pemberian reward menjadi cara yang
efektif untuk meningkatkan motivasi kerja. Semua hal tersebut memerlukan
komunikasi.
Lingkungan pekerjaan terdiri dari sekelompok orang
yang saling berinteraksi, di mana mereka memiliki kebutuhan sosial untuk
menyampaikan kepuasan maupun ketidaknyamanan masing-masing. Kebutuhan itu
dipenuhi dengan mengekspresikan perasaan emosional sebagai bagian dari
komunikasi.
Fungsi akhir dari komunikasi dalam organisasi yaitu
untuk membantu pengambilan keputusan. Setiap individu dan kelompok saling
bertukar informasi untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi alternative
keputusan guna mengambil keputusan akhir yang terbaik.
Proses Komunikasi
Proses komunikasi adalah proses di mana pengirim
pesan menyampaikan pesan kepada penerima pesan melalui suatu medium, kemudian
diartikan maknanya oleh si penerima pesan, sehingga makna pesan tersebut
disambungkan dari pihak pengirim kepada pihak penerima.
Proses
komunikasi dapat dimodelkan seperti berikut
Pengirim pesan (source) memulai dengan menyampaikan
pesan, baik dengan berbicara, tertulis ataupun bahasa tubuh. Pesan disampaikan
dengan suatu perantara (channel) yang dipilih oleh pengirim. Ada 2 jenis
channel yaitu channel formal, yaitu channel yang membawa pesan yang berhubungan
dengan aktivitas pekerjaan, dan channel informal, yang membawa pesan dalam
interaksi sehari-hari. Noise menggambarkan hambatan yang terjadi dalam proses
komunikasi, seperti masalah persepsi, informasi yang terlalu banyak, kesulitan
dalam pengartian kata, ataupun perbedaan budaya. Kesimpulan dari proses
komunikasi dapat dilihat dari feedback penerima pesan. Feedback ini menunjukkan
seberapa sukses pesan telah tersampaikan dan dimengerti maknanya.
Hambatan Komunikasi Lintas Kultural
Kefektifan
komunikasi bergantung pada kondisi berlangsungnya komunikasi tersebut.
Komunikasi antar budaya yang berbeda menjadi salah satu penyebab munculnya
masalah dalm berkomunikasi. Contohnya yaitu penggunaan symbol atau bahasa tubuh
tertentu mempunyai arti berbeda pada daerah satu dengan daerah lain.
Berikut
beberapa hambatan yang ditemukan dalam komunikasi lintas cultural.
·
Hambatan yang disebabkan oleh semantic
Yaitu hambatan yang muncul karena adanya perbedaan
makna kata antara masing-masing bahasa. Beberapa kata dalam satu bahasa bahkan
tidak mempunyai arti kata yang pas dalam bahasa lainnya.
·
Hambatan yang disebabkan oleh konotasi
kata
Satu kata mempunyai pemahaman yang berbeda-beda pada
bahasa yang berbeda. Misalnya dalam negosiasi antara orang Indonesia dengan
orang Jepang. Kata “hai” dalam bahasa Jepang berarti “Iya.” Namun terjadi
kerancuan antara kata tersebut menyatakan persetujuan atau hanya sebagai respon
bahwa ia menyimak apa yang disampaikan lawan bicara
·
Hambatan karena perbedaan nada bicara
Dalam beberapa budaya, nada bicara bisa berbeda
tergantung pada situasi formal atau informal. Orang berbicara dengan nada yang
berbeda saat sedang berada di rumah, lingkungan sosial, dan saat bekerja.
Menggunakan nada bicara yang informal dalam situasi formal akan memalukan.
·
Perbedaan dalam mentoleransi konflik dan
metode menyelesaikan masalah
Individu yang berasal dari budaya individualis
cenderung menyelesaikan konflik secara langsung dan terbuka mengenai hal yang
tidak disetujuinya. Mereka lebih suka pengakuan dan permintaan maaf yang
terbuka sebagai penyelesaian konflik. Sedangkan orang yang bersifat kolektif
lebih suka menyelesaikan masalah dengan tidak langsung dan menghindari
perselisihan emosional. Mereka melihat konflik dari situasi yang terjadi, bukan
dari individu yang bersangkutan dalam konflik, karena itu mereka merasa
permintaan maaf secara langsung tidak diperlukan.
Panduan Komunikasi Lintas Kultural
Saat
berkomunikasi dengan orang yang berbeda budaya, hal yang dapat dilakukan untuk
mengurangi resiko kesalahan interpretasi yaitu dengan memperkirakan konteks
budaya. Akan lebih mudah jika budaya lawan bicara sama dengan budaya kita.
Berikut beberapa panduan yang bisa diikuti.
1. Mengasumsikan
budaya kita berbeda dengan lawan bicara sampai terbukti kesamaannya.
Kita sering kali mengasumsikan orang lain mempunyai
persamaan dengan kita lebih dari keadaan sebenarnya. Namun kita akan membuat
kesalahan yang lebih sedikit jika kita mengasumsikan bahwa budaya kita berbeda,
sampai kesamaan tersebut memang terbukti.
2. Lebih
menekankan penjelasan daripada interpretasi atau evaluasi.
Menginterpretasi
atau mengevaluasi apa yang dikatakan/ dilakukan seseorang akan membuat kita
mendasarkan penilaian pada budaya kita sendiri. Oleh karena itu, penilaian
sebaiknya dilakukan pada saat kita mempunyai waktu yang cukup untuk mengobservasi dan
menginterpretasikan situasi dari berbagai perspektif.
3. Berlatih
untuk berempati.
Sebelum
berbicara dengan seseorang, bayangkan jika kita menjadi orang tersebut. Apa
yang menjadi nilai baginya, pengalaman apa yang dimiliki, dan apa yang menjadi
acuannya dalam berprilaku. Cobalah melihat seseorang sebagai apa adanya orang
tersebut secara nyata.
4. Tafsirkan
interpretasi sebagai hipotesa yang sedang kita kerjakan
Saat
kita mempunyai penilaian terhadap seseorang yang berbeda kultur, anggaplah penilaian atau pendapat kita tersebut adalah
sebuah hipotesa yang memerlukan data lebih lanjut , bukan sebagai sesuatu yang
pasti benar adanya. Perhatikan feedback yang kita terima, apakah itu dapat
membuktikan hipotesa kita.
Kesimpulan
Pembelajaran
komunikasi lintas cultural dibutuhkan untuk komunikasi yang lebih efektif,
khususnya dalam komunikasi antar budaya, karena dengan mengikuti panduan
komunikasi lintas cultural, kita akan terhindar dari kesalahan interpretasi
yang dapat menyebabkan konflik.
Satu contoh yang dapat diambil adalah di lingkungan
kampus, Universitas Bina Nusantara. Mahasiswa Binus berasal dari beragam daerah
di Indonesia dengan latar belakang suku dan budaya yang berbeda. Saya sendiri
berasal dari Riau, saya berbicara dengan bahasa Hokkian di keluarga saya, di
mana saya terbiasa berbicara dengan nada yang agak tinggi, sedangkan teman kos
saya berasal dari Jawa. Dengan memahami adanya perbedaan budaya, kami dapat
menghindari konflik yang mungkin terjadi karena kebiasaan yang dibawa dari
budaya tersebut.
Page 1 of 11
Subscribe to:
Posts (Atom)
0 comments: